Friday, July 6, 2018

Sokola Rimba, Sekolah untuk Anak-anak Suku Pedalaman Indonesia yang Terancam Tutup

633 Cash - Sokola Rimba merupakan sebuah lembaga pendidikan non formal yang didirikan oleh seorang wanita Indonesia, siapa dia?

www.633cash.com
Namanya Saur Marlina Manurung yang lebih dikenal dengan dengan nama Butet Manurung.
Ia dipanggil Butet untuk menggambarkan jati dirinya sebagai gadis Batak.
Dilansir dari Wikipedia, Butet Manurung pertama kali mendirikan sekolah rintisan untuk masyarakat Orang Rimba (Suku Kubu) yang mendiami Taman Nasional Bukit Dua Belas.
Berbeda dari sekolah lainnya, Butet menggunakan metode pembelajaran yang bersifat setengah antropologis.
Proses pembelajaran membaca, menulis dan berhitung dilakukan sambil tinggal bersama masyarakat didiknya selama beberapa bulan.
Sistem ini digunakan dengan mempertimbangkan pola kehidupan sehari-hari masyarakat pedalaman.
Setelah tersusun secara sistematis, barulah Butet mengembangkan lembaga pendidikan ini dengan sistem Sokola Rimba.
Istilah Sokola Rimba diambil dari salah satu dialek bahasa Melayu sebagai bahasa yang digunakan oleh orang-orang Rimba.
Dikutip dari laman Kabarberita, tujuan utama dari Sokola Rimba adalah untuk mengintegrasikan pendidikan ke dalam struktur komunitas tertentu.
Sistem pendidikan ini disesuaikan dengan kebiasaan dan kehidupan orang-orang suku pedalaman sehari-hari.
Misi yang ingin dicapai organisasi non profit ini adalah untuk mempersiapkan masyarakat yang terpinggirkan menghadapi tantangan dunia modern.
Sampai saat ini, Sokola Rimba telah mencapai belasan komunitas di seluruh wilayah Indonesia.
Masing-masing komunitas itu telah memperkenalkan literasi ke lebih dari 10.000 individu.
Baik itu anak-anak maupun orang dewasa.
Selain menjalankan program pendidikan, Sokola Rimba  juga bekerja sebagai konsultan eksternal untuk proyek organisasi nasional dan internasional.
Seperti World Vision, Plan International, Save the Children in Indonesia dan Yayasan Pendidikan Pribumi di Australia.
Sejak tahun 2003, Sokola Rimba telah memulai program di 9 provinsi berbeda di seluruh Indonesia.
Seperti di Asmat, Halmahera, Kajang, Flores, Makassar dan Jambi.
Lebih dari 50% penduduk di wilayah-wilayah itu masih mengalami buta huruf.
Letak wilayah yang terpencil, transportasi yang mahal, dan perbedaan budaya adalah beberapa faktor yang mendasari minimnya pendidikan di wilayah itu.


Bandar Bola Agen Bola Agen Judi Bola Online Agen Bola Terpercaya Judi Bola
 


- by Fika lestari

0 comments:

Post a Comment